ASAP LAMA

(click here for the english version)

aku tak punya kenangan
untuk membuka percakapan
hanya ada bungah yang terus tumbuh
sementara kesempatan sudah mulai lumpuh

kata orang kalau diam saja berarti iya
tapi kamu tidak bertanya tentang apa-apa
selain angin, selain orang-orang lain
aku tak punya jawabannya

aku masih sering berdiri di dapur
pura-pura memasak tapi mengisak
hanya karena kita diam-diaman
seperti sepasang beban, seperti sekarang

kata orang kalau cinta ingat semuanya
setiap ciuman yang kalau dibahas
akan melukai makna ‘mantan pacar’
sementara dipendam bakal jadi memar

malam sudah singgah, “serokokan,” katamu
ada api meremas tanganku, dua kali
kukira waktunya sudah habis, walaupun waktu
tak ada urusannya dengan hatiku

yogyakarta-dorset, 2014

TABRAK LARI

(click here for the english version)

cahaya emas dari balik jendela pemilik ladang;
lagu perang melaju di bawah jembatan kereta yang terlantar;
ladang bunga minyak muncul dari balik pagar daun yang baru tumbuh
tak ada yang menyentuh

aku menghirup bekas luka di dalam otakku
hatiku tak berguna
begitu ausnya tak bisa dipakai berjalan!

papa, kau akan mencintaiku kalau kudekati tuhanmu;
dan mama, kau akan tanya kabarku kalau tak sedang sekarat?

tak ada tabrak lari sepanjang somerset-dorset malam ini
tapi mereka semua mati di tanjungkarang

angin menunggu, kukira
aku tak takut apa-apa

dorset, 2013

ANGIN TERAKHIR

(click here for the english version)

tak ada yang tahu betapa aku mencintainya
sejak kubuka semua pintu ke dalam mimpiku malam itu

ada ruang yang lebih besar dari langit di hatiku
untuknya, selamanya menjadi dia, selamanya dulu adalah dia

aku berlari untuk menangkapnya, kuciumi kulitnya
tak tahu kapan atau bagaimana harus berhenti

kutanggalkan semua pakaianku, aku telanjang di hadapannya
tak tahu kapan dia akan mengerti atau menyerah

aku bercinta dengannya, dari kulit hingga ke darah
kubiarkannya mencium bekas lukaku, dia buat aku meninggalkan tuhan

aku berbahagia dengan bunga dan masalah
aku biasa tersenyum dan tertawa sebelum aku menangis

kemudian di halaman aku duduk, di tengah hujan, menjadi hujan
angin berubah padaku, maka aku berubah padanya

dia terempas dari kegelisahanku
dia lenyap sebelum kami berpisah

pasir di pantai ingin kulupa
surat-surat di pintu sudah kusapu

tak ada yang tahu betapa aku mencintainya
tak ada yang mengerti aku bisa berhenti – tak bisa kujelaskan

yogyakarta, 2011

ANGGUR BUAT OLFATO

(click here for the english version)

kata orang, aku dan olfato berteman baik
meski kami hanya saling mencintai
aku adalah hati, dan olfato berarti naluri

aku menyukai kesedihan yang jatuh dari hujan
dan menetes dari anggur

karena mereka bening dan segar seperti kristal usia
—kamu dapat hidup di masa lalu selamanya;
karena olfato membenci airmata di tubuhku
dan aku dapat membuangnya setiap hujan itu datang

tapi aku tidak mengerti mengapa
olfato lebih menyukai perempuan yang bahagia
yang selalu kering dan baik-baik saja
yang dapat melihat yang benar dan salah pada cinta

di hari kami berpisah
aku menyimpan sisa anggur untuk masa tua kami
sebab, kata orang, aku dan olfato berteman baik
meski bagiku kami hanya saling mencintai

namun olfato tiba sebelum masa tua
ia datang bersama perempuan itu: akalnya
dan gelas yang kupunya cuma dua
jadi kusuguhi mereka dengan kata-kataku saja
sampai mereka pergi:
perempuan itu tak bisa mengambil milikku lagi!

beruntung, hujan turun kemudian
kutenggak anggur sendirian

yogyakarta, 2006

AGORAFOBIA

(click here for the english version)

malam lebaran
aku melipat sprei-sprei yang lusuh
dan kau tak menyukai perayaan jenis ini

kau tak lagi terhibur dengan baju-baju kotor di gantungan
atau dongeng tentang tuhan dalam roman-roman asia
semua yang tiba-tiba tampak begitu sederhana dan pribadi buatmu

tapi aku tak punya kendara menuju athena
dan telah jauh ketinggalan mode percakapan
kapal-kapal sudah lebih dulu tenggelam di kolam tetangga
buku-buku panduan pergaulan tak terbeli

apakah kau ingin aku memasukkan kata ‘radio’, ‘cogito’
atau ‘agorafobia’ ke dalam kamar kita yang cekung seperti kuburan?
anak-anak lebih setuju dengan bunga-bunga dan berisik tokek di atap rumah
mereka bisa tidur di rahimku jika kantung matamu
tak cukup hangat untuk penderita malaria

kami, dengan segenap kerumunan yang riang
menyediakan ruang istirah yang tak pernah ditawarkan
adegan film aksi, lebih-lebih isme eksistensi

“pulanglah, papa
hujan deras, genting bocor dan kami tak bisa menangkap petir”

berhentilah menawarkan kami kepada toko-toko buku
atau menggadaikan rumah untuk sejumlah perjudian pasca hastina
kita butuh uang untuk bayar tukang dan masak rendang

yogyakarta, 2003

HANTU-HANTU TANJUNGKARANG

(click here for the english version)

1

apa yang membuatmu gemetar kini
malam hanya sesuatu yang kerap lewat
apa yang belum kauketahui tentang perihnya
kekasih yang dengki, teman yang pudar di angkasa

kaulah seseorang yang tak pernah menyelesaikan sesuatu
karena segala sesuatu terbelah di kepalamu

apa yang membuatmu ragu-ragu di hadapan masa lalu
penyesalan adalah binatang yang tangguh
dengan cakarnya berjalan tegap di bawah kulit
dan membuatmu terluka

sekarang, rasakan irisannya
rasakan irisannya yang samar pada darahmu
kebencian pada ayah dan kecemburuan pada ibu
rasa asing di antara saudara-saudaramu
rumah-rumah yang menyalakan keputusasaan

lampu-lampu telah padam, kekasihku
biarkan aku menyelesaikan malam
dengan menuliskan baris-baris ini
dan mengalirkan mayatmu ke dalam mimpi.

2
bagaimana aku merindukanmu setelah ini
hidup di tengah hantu dan kampung halaman
tak ada yang aku sanggup tinggalkan:
lampu yang kamu padamkan
suara perutmu di pagi hari

atau kekecewaanku sendiri
ketika meninggalkan rumah diam-diam
dan tahu: tak ada yang mengejarku
selain angin, selain bercak-bercak hujan
yang bertahan cukup lama di kepalaku

aku selalu ingin kembali dari simpang jalan itu
dan menangis sepuas-puasnya
aku ingin memukuli tubuhmu keras-keras
sebab kesabaran tak pernah menerangkan apa-apa

kini ketika aku mungkin mencintai yang lain
akankah kamu mencintaiku lagi
mencintaiku di antara kecanggunganmu
dan mencintaiku di antara bayang-bayang
yang mungkin tak bisa kamu wujudkan lagi.

3
maut yang tipis di dekat leherku
siapa yang sungguh mengenalmu
kamu selalu terpejam
sejumlah buku di dalam tubuhmu, penuh catatan
tak pernah bisa kubaca

nama-nama, dusta-dusta
aku hanya tidak ingin menyakiti siapa pun
tidak juga diriku, dengan kesedihanmu, ketakutanmu
dan ketakutanku pada kesedihan

aku telah berhenti berdoa
dan aku tak bisa memilikimu tiba-tiba:
gerimis pagi; hatimu yang terluka
betapa yang kaumiliki akan melemahkanmu

aku mengandalkan cuaca dan hati yang didinginkan
aku bertahan dengan tidur dan mencintai yang kabur
dan aku tak bisa kehilanganmu tiba-tiba:
cintamu yang pelahan; ayat-ayat
yang membuatku mengenang semua tuhan.

4
berapa banyak yang bisa kuambil
dari gerimis tanjungkarang
bangunan mana yang berbicara tentang diriku
jalan mana menuju rumah masa lalu

aku tak menemukan kuburku di setiap gang
pikiranku menjadi hantu, tak bisa kembali ke mana-mana

udara adalah anakku yang kudus
yang kuhirup dan lepaskan, kuhirup dan lepaskan
ia kini memikul dosa-dosa ibunya dari kejauhan
tercemar oleh duka dan membuatku kembali hidup
kembali sekarat

seandainya aku seorang putra
seandainya aku hanya orang yang dicintai

lihatlah, betapa banyak yang diambil dari diriku
aku bahkan tak bisa memiliki airmataku sendiri
yang meluncur deras dan menenggelamkan seluruh kota

5
aku menangisi stasiun yang kering
dan seperti seharusnya tak seorang pun peduli
selembar karcis bekas; penuh kutulisi

aku pernah mencintaimu setiap hari
dengan tubuh hijau dan pikir yang memar
mengagumi kejahatan-kejahatan kecil
: tanda cinta yang orisinil

tapi hari ini mau ke mana aku mau ke mana
sekopor pakaian dan buku yang itu-itu juga―

dalam sakit aku telah mengganti semua merk dan judulnya
agar semua waspada, agar kamu curiga
agar tak seorang percaya:
dalam hatiku tak satu bisa berubah

senja kesekian memasuki stasiun
di seberang gereja lama kamu muncul
dengan rindu yang asing seperti kemarin
; mengacung namaku tinggi-tinggi

bibirmu terbuka
aku menghambur tanpa malu:
memelukmu aku memeluk udara.

6
aku mendengar suaramu sekali
jauh sebelum kita bertemu dan tak pernah bertemu lagi
ruang-ruang dibekukan oleh jarak; hatiku dipenuhi
pertanyaan-pertanyaan palsu tentang dunia

malam ini gema dari suara itu
melumpuhkan pikiran buruk tentang daun-daun gugur
membuatku pincang dan merindukan rumah

di manakah diriku
selain memudar dalam fiksi-fiksi yang gagal
tentang keluarga; di manakah kamu?

bagaimana seseorang dapat memahami kesedihan
yang tak dikenalnya; kehilangan yang sederhana?

setiap orang adalah messiah bagi dirinya sendiri:
tak ada jalan keluar.

7
kamu membangunkanku pagi-pagi
dengan tangan yang nyata dan pasti―
aku tak punya kebiasaan itu lagi

masuklah ke dalam selimutku menjelang fajar
dan jadilah mimpi ketika aku lelap
makin buruk makin baik: aku akan hidup tanpa kejutan

“mama sudah gila; lebih baik tak bertemu lagi
lagipula dia cantik dan terluka: dia sempurna
aku akan keluar: itu sebuah kebiasaan”

aku berjalan dengan pakaian lengkap musim dingin
mencari-cari cacat untuk kucatat
hujan hanya rintik-rintik, aku hanya ingat angka-angka
tak seorang pun bernama angka

hanya hujan rintik-rintik, aku berjalan seperti kalender
tak ada mantan pacar atau kawan lama:
seluruh kota telah menjadi barang bekas.

lampung – yogyakarta, 2008